Akurasi Analisis Sidik Jari Mulai Diragukan - Sidik jari, dalam ilmu forensik, sudah menjadi alat bukti di pengadilan. Persolannya, pengadilan kerap menggunakannya tanpa didukung data ilmiah. Padahal kemajuan alat sekarang ini memungkinkan seseorang tersangka meninggalkan sidik jari palsu di tempat kejadian perkara. Sejumlah ahli forensik mulai mengkhawatirkan penggunaan sidik jari dalam pembuktian di persidangan bisa menjadi seseorang dihukum atas kejahatan yang tak dilakukannya.
Pengakuan mereka akan mudah dimentahkan oleh analisa seorang ahli forensik ketika pembuktian berlangsung. "[Satu] pria datang dan berkata: " Ini salah. Ini memiliki tingkat kesalahan nol. Jika kita mengatakan itu cocok, tidak ada orang lain di alam semesta bisa membantahnya," kata Thomas Bohan, yang mundur sebagai presiden dari American Academy of Forensic Sciences (AAFS) bulan lalu. "Komite NAS merasa ngeri oleh kesaksian analis sidik jari." Pada tahun 2005, Itiel Dror dan Ailsa Peron dari Universitas Southampton, Inggris, menunjukkan satu sidik jari bisa dicetak dalam kondisi berbeda.
Sidik jari bisa terjadi akibat kesalahan tingkat tinggi. Ini terbukti pada tahun 2004, ketika FBI mengidentifikasi sidik jari pengacara Oregon Brandon Mayfield. Brandon sebagai tersangka teroris pengebom di Madrid, Spanyol.
"Meskipun kami telah menggunakan bukti sidik jari di pengadilan selama hampir seratus tahun, tidak cukup diketahui tentang seberapa sering kesalahan terjadi dalam pemeriksaan sidik jari, atau dalam keadaan apa," kata pemimpin studi Jennifer Mnookin. Karena itu pengetahuan mengenai akurasi hasil analisis sidik jari sangat diperlukan oleh pengacara terdakwa dan hakim serta juri. Para analis sidik jari dinilai lamban mengakui tingkat akurasi analisisnya.
Pengadilan kerap menggunakan sidik jari tanpa memperhatikan tingat kesalahan identifikasi. US National Academy of Sciences (NAS) menyajikan sebuah laporan mengenai ilmu forensik tahun lalu. Laporan NAS, yang disebut sebagai penelitian baru untuk menilai kehandalan sidik jari, membantah analisis ilmuwan forensik.
Bulan lalu US National Institute of Justice menugaskan Sekolah Hukum di Universitas California, Los Angeles, mendeteksi tingkat kesalahan piranti deteksi sidik jari. Sidik jari digunakan pertama kali tahun 1892. Baru-baru ini dua ahli bisa menampilkan satu sidik jari yang sama dari dua orang berbeda. Ini bisa terjadi akibat kesalahan manusia, kebetulan, kualitas cetakan yang rendah atau kombinasi dari ketiganya.
Sikap ilmuwan forensik mulai berubah. Dalam survei 2009, 75 persen dari para ilmuwan forensik AS percaya orang tak bersalah mungkin berada di penjara atau hukuman mati karena kesalahan sidik jari. Angka ini meningkat dibandingkan 56 persen pada 2007, kata Samantha Neal dari Universitas Virginia Barat Forensic Science Initiative di Morgantown, yang mempresentasikan hasil di pertemuan AAFS baru-baru ini di Seattle. "Saya kira laporan NAS telah berdampak pada persepsi analisis sidik jari," kata dia.
Cedric Neumann di Forensic Science Service Birmingham Inggris dan rekan-rekannya menciptakan program statistik kecocokan sidik jari dengan orang. Program komputer, seperti yang digunakan oleh US imigrasi, bisa mencocokan sidik jari dengan database seseorang. Tapi itu membutuhkan cetakan berkualitas baik, sedangkan cetakan TKP sering buram atau hanya ada dalam bentuk parsial. ( tempointeraktif )
science.howstuffworks.com
Pengakuan mereka akan mudah dimentahkan oleh analisa seorang ahli forensik ketika pembuktian berlangsung. "[Satu] pria datang dan berkata: " Ini salah. Ini memiliki tingkat kesalahan nol. Jika kita mengatakan itu cocok, tidak ada orang lain di alam semesta bisa membantahnya," kata Thomas Bohan, yang mundur sebagai presiden dari American Academy of Forensic Sciences (AAFS) bulan lalu. "Komite NAS merasa ngeri oleh kesaksian analis sidik jari." Pada tahun 2005, Itiel Dror dan Ailsa Peron dari Universitas Southampton, Inggris, menunjukkan satu sidik jari bisa dicetak dalam kondisi berbeda.
Sidik jari bisa terjadi akibat kesalahan tingkat tinggi. Ini terbukti pada tahun 2004, ketika FBI mengidentifikasi sidik jari pengacara Oregon Brandon Mayfield. Brandon sebagai tersangka teroris pengebom di Madrid, Spanyol.
"Meskipun kami telah menggunakan bukti sidik jari di pengadilan selama hampir seratus tahun, tidak cukup diketahui tentang seberapa sering kesalahan terjadi dalam pemeriksaan sidik jari, atau dalam keadaan apa," kata pemimpin studi Jennifer Mnookin. Karena itu pengetahuan mengenai akurasi hasil analisis sidik jari sangat diperlukan oleh pengacara terdakwa dan hakim serta juri. Para analis sidik jari dinilai lamban mengakui tingkat akurasi analisisnya.
Pengadilan kerap menggunakan sidik jari tanpa memperhatikan tingat kesalahan identifikasi. US National Academy of Sciences (NAS) menyajikan sebuah laporan mengenai ilmu forensik tahun lalu. Laporan NAS, yang disebut sebagai penelitian baru untuk menilai kehandalan sidik jari, membantah analisis ilmuwan forensik.
Bulan lalu US National Institute of Justice menugaskan Sekolah Hukum di Universitas California, Los Angeles, mendeteksi tingkat kesalahan piranti deteksi sidik jari. Sidik jari digunakan pertama kali tahun 1892. Baru-baru ini dua ahli bisa menampilkan satu sidik jari yang sama dari dua orang berbeda. Ini bisa terjadi akibat kesalahan manusia, kebetulan, kualitas cetakan yang rendah atau kombinasi dari ketiganya.
Sikap ilmuwan forensik mulai berubah. Dalam survei 2009, 75 persen dari para ilmuwan forensik AS percaya orang tak bersalah mungkin berada di penjara atau hukuman mati karena kesalahan sidik jari. Angka ini meningkat dibandingkan 56 persen pada 2007, kata Samantha Neal dari Universitas Virginia Barat Forensic Science Initiative di Morgantown, yang mempresentasikan hasil di pertemuan AAFS baru-baru ini di Seattle. "Saya kira laporan NAS telah berdampak pada persepsi analisis sidik jari," kata dia.
Cedric Neumann di Forensic Science Service Birmingham Inggris dan rekan-rekannya menciptakan program statistik kecocokan sidik jari dengan orang. Program komputer, seperti yang digunakan oleh US imigrasi, bisa mencocokan sidik jari dengan database seseorang. Tapi itu membutuhkan cetakan berkualitas baik, sedangkan cetakan TKP sering buram atau hanya ada dalam bentuk parsial. ( tempointeraktif )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar