Selasa, 06 April 2010

China Menjemput Bencana Kekeringan Terparah Sepanjang Sejarah Umat Manusia


http://www.suaramedia.com/images/resized/images/stories/2berita/1_3_techno/aralsea_google_200_200.jpg

China Menjemput Bencana Kekeringan Terparah Sepanjang Sejarah Umat Manusia


China Menjemput Bencana Kekeringan Terparah Sepanjang Sejarah Umat Manusia - China selatan dinilai mengalami kekeringan terparah sepanjang sejarah, bahkan bencana ini juga disebut-sebut sebagai salah satu bencana planet yang paling mengejutkan.

Bencana itu mendesak para pemimpin Asia untuk meningkatkan upaya memecahkan masalah itu, kekeringan tersebut berdampak pada 61,3 juta di provinsi Guangxi, Sichuan, Guizhou, Yunnan kota Chongqing dan daerah sekitarnya

Bahkan, Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon mengatakan danau terbesar keempat di dunia, Aral Sea, telah menyusut 90 persen sejak sungai yang sebagian besar mengisinya telah dialihkan ke proyek Soviet untuk meningkatkan produksi kapas di wilayah kering.

Kementrian China dalam Hubungan Sipil telah mengeluarakan pernyataan singkat tentang bencana dan orang kedua dalam Partai Komunis China, Wen Jiabao telah melakukan kunjungan keliling daerah yang terkena dampak kekeringan, dengan iring-iringan tentara.

Pasokan air minum untuk 18 juta orang dan air untuk 11,7 juta ternak dan 5 juta hektar lahan pertanian, masih utuh sedangkan lebih dari 1,15 juta hektar lahan telah menjadi rusak parah.

Kerugian ekonomi secara langsung diperkirakan 2,85 miliar dolar.

Wen Jiabao datang ke Qujing, kota di Provinsi Yunnan pada 19 - 21 Maret untuk menginspeksi wilayah itu. Beijing News melaporkan dia mengatakan kepada kader partai setempat "bersiap dengan keadaan terparah" setelah dia mendapat informasi bahwa jutaan hektar tanaman gagal produksi karena kekeringan di kota ini.

Dalam tanggapannya, Kementrian Keuangan dan Hubungan Masyarakat China telah mengalokasikkan dana bantuan sejumlah 155 juta yuan untuk menanggulangi dampak kekeringan, dengan rata-rata 3 yuan atau Rp 4.300 perorang.

Provinsi Guizhou mengeluarkan pernyataan resmi pada 19 Maret, melaporkan bahwa bencana kekeringan telah berdampak pada 84 wilayah, kota dan daerah lain yang penduduknya lebih dari 17,3 juta dan lebih dari 3,1 juta kekurangan makanan.

Beberapa laporan mengindikasikan keadaan pada waktu jaman pahit dahulu seperti jaman pengumpulan hasil bumi yang disebut sebagai Lompatan Besar Kedepan, dimana hampir seluruh penduduk mengalami kelaparan dan banyak yang bisa selamat oleh dedaunan, sayuran hutan dan makanan yang setengah busuk.

Chongqing Morning Post memberitakann beberapa penduduk di desa Xiaowanshan di Provinsi Yunnan bisa selamat dengan memakan apa yang disebut sebagai "tumbuhan domba kelaparan" tumbuhan liar yang dombapun tidak mau memakannya. Penduduk desa ini mengatakan bahwa mereka tidak punya persediaan apapun untuk mereka makan di rumah.

Dampak kekeringan di Yunnan melebihi segala kekearingan lebih dari ratusan tahun, menurut departemen meteorologi setempat. Diperkirakan sampai bulan Mei, satu dari empat orang tidak akan punya air minum.

Kekeringan mulai pada musim gugur tahun lalu dan berlanjut sampai tiga musim berturut-turut. Dan bisa berlanjut sampai awal musim panas. Tujuh juta orang diperkirakan akan menderita dan berdampak pada kekurangan makanan.

Guangzhou Daily juga memberitakan pernyataan pejabat dari Wilayah Mile di Yunnan, pada 22 Maret. Dia mengatakan, "panen pertama dari tanaman musim semi untuk jagung, gandum dan kacang-kacangan tidak ada sama sekali alias nol. Kami tidak bisa menanam bijih pada akhir musim semi. Jika tidak ada hujan sampai bulan Mei, tanaman utama seperti padi dalam keadaan bahaya. Rakyat akan mengalami kelaparan."

Shuitang dan Wenshan dianggap sebagai desa-desa terkering di Yunnan. Berlokasi di puncak gunung diketinggian 5.906 kaki diatas permukaan laut.

"Selama tiga bulan terakhir tidak ada sayuran segar. Banyak orang mencari tanaman liar di gunung. Tidak ada air minum, apalagi air untuk irigasi." Menurut Li Shaozhong, anggota staff desa Shuitang, seperti dilaporkan oleh City Express.

Li mengatakan meminta dengan berlinang air mata agar penduduk meninggalkan desa. "Apakah anda akan menunggu mati dahaga?" katanya kepada mereka.

Di Shibanfang, wilayah Yanshan, Wang Chaoyun, seorang sekretaris partai mengatakan kepada The Epoch Times, "Kami mengalami kekeringan yang sangat berat, warga desa harus mencari air sejauh 7 kilometer jaraknya. Semua orang tidak bisa melakukan apapun kecuali berjuang melawan kekeringan.

Sungai dan telaga semuanya kering total. Tidak ada air disumur atu di bak penyimpanan air. Tidak ada sayuran. Tanaman gandum semuanya mati. Bahkan pohon-pohon di gunung juga layu. Tidak ada apapun yang tersisa," kata Wang.

Yang Mingquan , seorang warga desa dari Kota Xingyi, Provinsi Guizhou mengatakan kepada The Epoch Times, bahwa tidak ada huja sejak 15 Juni tahun lalu. Sumur alam setempat juga semuanya kering, penampungan air secara dasar telah mengering, karena sungai tidak ada airnya. Semua anak sungai di desa-desa semuanya hilang. Tanaman gandum dan bijinya semuanya mati. Semua sayuran mati."

Dia mengatakan warga setempat harus mencari air setiap hari dari suungai yang terdekat berjarak 30,5 km. Pemerintah setempat harus menyediakan air minum 2,2 liter air mium perorang.

Yang mengatakan, "Sekarang tidak ada air untuk kuda, domba dan babi. Sebagian besar telah pada mati atau dijual. Tidak ada yang mampu memelihara lagi. Masyarakat sekarang berjuang untuk hidup."

Yang merefleksikan pada intruksi Wen Jiabao kepada kader partai. Dia mengatakan bahwa arti sebenarnya dari "Bersiaplah pada yang terburuk" adalah "Bencana ini adalah ancaman hidup dan mati. ( suaramedia.com )


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Recommended Post Slide Out For Blogger